[Flash Fiction] : Taksi
Pagi tadi, kudapati sebuah kiriman paket
di dalam kotak surat. Sebuah paket berbentuk kotak yang tak terlalu besar. Alamat yang
tertulis adalah benar alamat rumahku, tapi jelas tidak ada orang bernama Andre
yang tinggal di sini. Andre bukan nama ayahku, dan aku juga tak punya saudara
laki-laki. Mungkin aku akan
membawanya ke kantor polisi atau ke agen pengantar barang ini.
"Taksi!" teriakku saat sebuah
taksi melintas di depan rumah. Aku tahu kalau aku akan terlambat masuk ke kelas
hari ini. Tapi kuharap dosen yang mengajar pun akan datang terlambat.
Begitu masuk ke taksi, aku merasa bingung,
kulihat wajah sopir taksi itu nampak muram. Matanya merah dan berkaca-kaca. Aku
yakin kalau sopir taksi itu sedang menahan air mata, atau lebih tepatnya dia
baru saja menangis.
Aku
sebenarnya penasaran, tapi lebih memilih diam. Kupikir keputusanku tidak salah.
Lagipula aku sendiri sedang sibuk memikirkan paket yang tiba-tiba ada di dalam
kotak surat rumahku. Aku akan mengembalikannya kepada kurir pengiriman barang
siang ini.
Tiba di
kampus, aku langsung berlari ke arah kelas. Kuharap aku belum terlambat. Ini akan
menjadi hari yang panjang seandainya aku melewatkan penjelasan tentang materi
ulangan tengah semester nanti.
Rasanya
melegakan ketika bisa selamat dari segala macam kekhawatiran terhadap hari ini.
Seperti yang sudah direncanakan, aku akan mengembalikan paket salah kirim
tersebut. Namun begitu aku cari, ternyata kotak paket tersebut tidak ada di
dalam tas. Saat itulah aku ingat kalau selama di dalam taksi aku memegangnya. Dan
kurasa kotak tersebut tertinggal di dalam taksi.
Kini tak
ada lagi yang bisa aku lakukan. Mungkin seseorang di luar sana sedang menunggu kiriman
paket datang padanya. Namun di dalam hati aku berkhayal, semoga saja sopir itu
adalah pemilik dari paket yang aku tinggalkan di dalam taksinya. Kuharap.
Beberapa
hari kemudian aku melihat taksi itu melintas kembali di depan rumah. Aku hafal
betul plat nomor dan stiker yang tertempel di kaca depan taksi tersebut. Aku masuk,
dan kulihat sopir taksi itu tak semuram sebelumnya. Ia nampak cerita.
“Mau
kemana, Mba?” tanyanya dengan nada penuh keriangan.
“Kampus,”
jawabku.
Kemudian
aku mulai teringat dengan paket yang tertinggal di dalam taksi ini, akhirnya
aku coba menanyakannya, “Pak, apa beberapa hari yang lalu Bapak menemukan
sebuah kotak paket di dalam sini?”
Sopir taksi
itu menoleh ke arahku, “Iya. Saya menemukannya. Paket untuk orang bernama
Andre, kan?”
“Ya.”
“Apa
Mbak yang meninggalkannya?” tanya sopir taksi itu.
Kemudian
kujelaskan semuanya. Tentang asal mula paket yang salah kirim tersebut.
“Perkenalkan,
nama saya Andre,” katanya memperkanlkan diri. Tentu saja, tertulis jelas di
kartu nama yang terletak di dekat kemudi. “ Sebenarnya alamat yang tertulis
pada paket itu mirip dengan alamat rumah saya. Hanya saja rumah saya berada di
blok D, sedangkan dalam paket ditulis blok P.”
Aku
terkejut. Hal itu sama persis seperti yang kuharapkan. Dan ternyata itu adalah
paket dari putranya yang tinggal di luar negeri. Sopir taksi itu pun membagi
rahasianya bahwa isi kotak itu adalah sebuah cincin, hadiah ulang tahun untuk sang ibu.
Seketika
aku merasa sangat lega mendengar hal tersebut.

Makasih yah, udah ikutan :)
ReplyDelete